Sudahkah Kita berkurban???

Bismillahirrahmanirraahiim…

Assalamu’alaikum wr. wb.

Hari raya Iedul Kurban adalah hari dimana seluruh umat muslim di dunia berKurban dengan menyembelih hewan Kurban seperti Unta, Kerbau, Sapi dan Kambing pada tanggal 10 Dulhijjah, setelah 2 hari sebelumnya kita dianjurkan untuk berpuasa sunat.

Perlu kita ketahui bahwa hewan yang dikurbankan tidak boleh sembarangan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti tidak boleh dalam keadaan sakit/ berpenyakitan, masih kecil (belum mencapai umurnya) dan bukan hewan curian alias milik pribadi yang sah/ legal.

Hari raya Iedul Kurban juga sering disebut dengan Lebaran Haji, karena pada bulan ini umat muslim di dunia pergi ke Baitullah (Rumah Allah) di Makkatul Mukarramah untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima, Haji. Semua manusia dari penjuru dunia datang dan berkumpul untuk beribadah kepada Allah SWT. Berbagai suku dan bangsa dipertemukan Allah di sana.

Kurban dalam kamus Bahasa Indonesia berarti binatang yang disembelih sebagai persembahan dan untuk mendekatkan hubungan dengan Tuhan. Namun dalam Islam, Kurban tidak berarti meyembelih hewan untuk persembahan, tetapi untuk mendekatkan hubungan seorang hamba dengan Tuhannya.

Kurban pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Beliau mengorbankan putranya, Nabi Ismail. Padahal Ismail adalah putra yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya selama bertahun-tahun oleh Nabi Ibrahim dan Istrinya Siti Sarah dan Siti Hajar. Pernikahan pertama Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar tidak membuahkan seorang keturunanpun sampai usia mereka lanjut usia/ tua. Di sinilah Siti Hajar dan Nabi Ibrahim diuji. Namun mereka tidak putus asa dan terus berdoa kepada Allah SWT.

Sayang, usaha mereka belum membuahkan hasil. Tapi hal ini tidak membuat mereka berpaling dari Allah. Mereka percaya bahwa Allah akan memberikan jalan yang terbaik. Seperti janji Allah: “ud’uu ni astajib lakum” yang artinya “berdoalah kepadaku maka akan Ku kabulkan”. Karena sudah sangat renta, akhirnya Siti Sarah memutuskan untuk berkurban dengan merelakan suami tercintanya untuk menikah lagi dengan dengan wanita lain, Siti Hajar. Betapa berat dirasa harus rela dimadu dengan wanita lain. Harus mau membagi cinta dengan yang lainnya. Perasaan bersalah karena tidak mampu memberikan keturunan bagi suami tercinta. Betapa pedih dan teriris hati seorang wanita jika merasakan hal ini. Namun hal inilah yang justru mengangkat derajat Siti Sarah di hadapan Allah dan membuatnya mendapatkan tempat terbaik di surga. Tapi kita tidak boleh su’udzon kepada Allah. Inilah ujian dari Allah untuk Siti Sarah agar beliau bisa bersabar dan tabah atas semua ketetapan yang Allah berikan kepadanya. Karena Allah lah yang Maha Tahu akan semua yang terbaik bagi hamba-Nya. Dia yang Maha Menyayangi, yang melimpahkan kasih sayang disetiap hembus nafas dan detak jantung kita tanpa kita memintanya. Bisa dibayangkan seandainya Allah berkehendak menghentikan detak jantung kita untuk beberapa detik saja, pastilah kita akan meninggal. Namun Allah begitu sayang kepada kita, tak ada satupun sel di tubuh kita yang melanggar sunat tuhan-Nya untuk berhenti bekerja, mengeluh kelelahan untuk mogok tidak mengedarkan sari-sari makanan dan darah ke seluruh tubuh, berdenyut untuk memompa darah dari jantung, menyaring udara yang dihirup, mengeluarkan kotoran dari tubuh agar tidak sampah yang tertimbun dalam tubuh kita dan menyaring darah dari racun-racun yang berbahaya.

Setelah menikah dengan Siti Hajar, Allah mengaruniai mereka dengan seorang putra yang tampan dan sehat, Ismail. Janji Allah nyata adanya. Mereka dilimpahi kebahagiaan yang tiada taranya. Sekarang mereka menjadi orang tua. Betapa bangga dan senangnya bisa memiliki keturunan yang akan mewarisi dan melanjutkan garis keturunan kita. Namun tidak beberapa lama kemudian Allah berkehendak lain, Allah memberi perintah kepada Nabi Ibrahim untuk membunuh putranya sendiri. Pesan ini Beliau dapat melalui mimpi yang hadir sebanyak tiga kali.

Berat hati Nabi Ibrahim dan istrinya menerima perintah ini. Beliau merasa ujian ini terlalu berat untuk dijalani. Baru saja Beliau menikamati kebahagiaan sebagai seorang ayah, namun sudah akan di ambil lagi. Tapi sebagai seorang hamba beliau harus rela mengorbankan putra semata wayangnya untuk di sembelih sebagai rasa patuhnya terhadap Allah, dan Beliaupun yakin bahwasannya Allah memberikan perintah ini mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

Dengan susah dan berat hati Nabi Ibrahim menceritakan perintah yang beliau terima dari Allah melalui mimpi kepada Ismail. Namun apa yang terjadi? Apa yang dijawab oleh Ismail setelah mendengar kabar tersebut? Apakah Ismail langsung gentar? Menangis dan merengek kepada ayahnya untuk tidak melakukan perintah Allah agar dia tidak disembelih?

TIDAK, sungguh bukan itu yang dilakukan dan diminta Ismail kepada ayahnya. Dengan berani dan penuh keyakinan terhadap Allah, Ismail mengatakan kepada ayahnya agar segera melaksanakan perintah Allah tersebut. Subhanallahu, Maha Besar Allah yang telah menciptakan bumi dan seluruh isinya,bertasbihlah semua mahluk yang ada di jagad raya ini mendengar jawaban dari mulut Ismail. Dia rela disembelih ayahnya untuk menaati perintah Allah. Nabi Ibrahimpun semakin kuat dan tabah untuk menjalankan perintah Allah setelah mendengar jawaban dari putra kecilnya. Dengan membaca Basmalah, Bismillahirrahmanirraahiim, Nabi Ibrahimpun menyembelih putranya. Tapi apa yang terjadi??

Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. Laa ilaaha illa Allahu.. Allahu akbar.. Allahu akbar walillahi al hamdu,, mukjizat Allah datang. Allah mengganti tubuh Ismail dengan kambing untuk disembelih. Ismailpun selamat dari kematian. Betapa bersyukur dan bahagianya Nabi Ibrahim melihat putranya masih hidup.

Good Job,, mereka berhasil malalui ujian dari Allah. Memang pantas mereka menjadi orang-orang pilihan Allah untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini. Merekalah salah seorang dari orang-orang terbaik utusan Allah untuk menyiarkan risalah-Nya. Merekalah keluarga teladan bagi seluruh umat muslim di dunia. Pantaslah jika mereka mendapatkan tempat terbaik di akhirat nanti. Tempat yang di bawahnya mengalir sungai-sungai dan disediakan bidadari-bidadari yang kecantikannya melebihi kecantikan seorang ratu dan artis tercantik di Hollywood ataupun Bollywood serta mereka selalu suci.

Sudahkah kita berkurban? Haruskah berkurban seperti Nabi Ibrahim?

Tidak perlu kita sampai mengorbankan salah satu anggota keluarga untuk disembelih seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim kepada putranya. Lalu apa? Apa yang bisa dilakukan oleh kita sebagai seorang mahasiswa pada zaman seperti sekarang ini? Mau berkurban tidak punya uang untuk membeli hewan kurban. Ingin berjihad di Palestina masih berat hati meninggalkan keluarga di rumah, masih ingin melihat senyum, tawa dan canda mereka.

Menurut saya kita mulai dari hal-hal kecil saja. Misalnya mengekang rasa malas yang mendarah daging. Dengan rajin kuliah dan lulus tepat pada waktunya juga sebuah pengorbanan karena kita melawan rasa malas untuk tidak masuk kuliah, tidak mengerjakan tugas dari dosen ataupun asistennya dan mengurangi beban orang tua dengan berwirausaha jualan jajan, menjadi mahasiswa berprestasi dan mendapatkan beasiswa ataupun yang lainnya. Dengan tidak menghamburkan uang orang tua yang dikirimkan setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan kita untuk hal-hal yang kurang penting seperti belanja barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, clubbing/ dugem, dan foya-foya adalah sebuah pengorbanan mengekang hawa nafsu. Tapi karena takut dibilang gak gaul, ketinggalan jaman dan sebagainya oleh “teman-teman” yang tidak bertanggung jawab membuat nafsu kita memberontak dinding godaan untuk melakukannya. Banyak hal yang bisa kita lakukan dari hal biasa sampai hal luar biasa untuk berkurban.

Menjadi Pengurus sebuah Organisasi yang mengurusi warganya juga sebuah pengorbanan. Karena seperti yang kita ketahui, menjadi pengurus suatu himpunan di suatu jurusan adalah melelahkan. Tidak digaji, waktu terbuang, tidak hanya memikirkan diri sendiri, tapi orang lain juga, mengurusi kepentingan warga dan secara fisik tubuh kita lelah. Tapi ini semua adalah pengorbanan untuk mengabdi dan membahagiakan orang lain. Ada kepuasan yang didapatkan setelah repot-repot rapat, lelah menyiapkan ini itu untuk sebuah acara, kadang sampai bersitegang dengan kawan karena perbedaan pendapat. Inilah nikmat berorganisasi yang tidak kita dapatkan dari bangku kuliah. Kita menjadi dewasa karena banyak ditempa permasalahan, mempunyai keluarga yang luar biasa yang dilahirkan dari perihnya perjuangan bersama, manisnya persahabatan yang dihasilkan dari rasa saling pengertian, membutuhkan dan menyayangi layaknya saudara sendiri. Indah dan membanggakan ketika perjuangan kita banyak bermanfaat untuk orang lain. Sudah cukupkah kita berkurban seperti ini???

Sudah menjadi sunatullah, jalan menuju kebahagiaan dan kemenangan tidaklah mudah. Kadang yang kita tapaki adalah kerikil tajam yang menusuk, setiap lelah yang terasa kadang menggoyahkan tekad. Setiap kesal dihati sering kali menyulut gejolak jiwa yang mampu menggoyahkan perjuangan kita dan kadang membuat sakit. Tetesan peluh kadang menguji  keikhlasan. Setiap perjuangan tidak selalu bertabur bunga. Tapi yakinlah bahwa Allah akan merindu tiap tapak pejuang yang dijejakkan dengan ikhlas untuk kebaikan. Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku, tetaplah ikhlas dan istiqomah dalam perjuangan ini hingga kelak Allah mempertemukan kita dalam majelis yang abadi. Semoga sahabat tidak puas dengan amal baik yang sudah dilakukan, tetap haus akan rasa ingin membahagiakan dan bermanfaat bagi orang lain. Aamiin ya rabb al’alamin.